Minggu, 05-08-2007
Komisi III DPR Investigasi Kasus Pemukulan

Makassar, Tribun -- Komisi III DPR RI akan turun tangan melakukan penyelidikan terhadap insiden pemukulan mantan Ketua HMI Cabang Gowa Raya, Jamaluddin Syamsir. Hal ini disampaikan Sekretaris Bidang Polkam DPR RI Idrus Marham, Sabtu (4/8). "Kami tegaskan bahwa jika kasus itu tidak ditangani dengan baik, maka Komisi III DPR RI akan turun tangan melakukan penyelidikan," tegas Idrus. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Sulselra dan DPD KNPI Sulsel mengutuk perilaku oknum Polresta Makassar Timur terkait insiden pemukulan dan pengeroyokan terhadap sejumlah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang terjadi di Mapolresta Makassar Timur, Jumat (3/8) lalu. "Mereka juga mengecam pembohongan publik dan pembalikan fakta yang telah dilakukan Kapolresta Makassar Timur AKBP Kamaruddin terkait insiden memalukan tersebut. Karenanya mereka mendesak pencopotan jabatan Kamaruddin dan menggiring kasus ini diproses berdasarkan hukum" tegas Wakil Ketua KNPI Sulsel, Alamsyah Demma, Sabtu (4/8). KNPI bersama HMI menggelar jumpa pers di di Mal Panakkukang, Makassar, kemarin. Hadir antara lain, Wakil Sekretaris KNPI Asdar Tukan, Ketua Umum Badko HMI Sulselra Abd.Razak, Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (Ismahi) Korwil Sulsel Rudiyanto, dan Ketua HMIA Makassar Saharuddin. Sejumlah perwakilan HMI Cabang dan organisasi kemahasiswaan daerah di Sulsel juga hadir, seperti, HMI Gowa Raya Abdul Azis, Ketua Ipmah Bulukumba Basri Yulianto, Ketua Lingkar Muda Indonesia Risman Pasigai, dan Ketua SCW Arifuddin Mane. Menurut Razak, mantan Ketua HMI Gowa Raya dan pengurus KNPI Sulsel Jamaluddin Syamsir telah menjadi korban pemukulan. Hingga kemarin, pria asal Bulukumba itu masih terbaring di Rumah Sakit Labuangbaji, Makassar. "Bagaimana tidak masuk rumah sakit, kalau rekan kami diseret dari lantai I hingga lantai II yang menyebabkan Jamaluddin luka di bagian pelipis, sakit di bagian dada dan kepalanya serta sempat tidak sadarkan diri," ujar Risman. (jum/bie)

Read More......


Lima Kandidat Ketua KNPI Adu Visi

Makassar, Tribun - Sedikitnya lima kandidat Ketua KNPI Sulsel yang bakal bersaing pada musyawarah provinsi (musprov) KNPI sulsel mengikuti adu visi dan misi yang digelar Badan Koordinasi (Badko) HMI Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar), di Warung Kopi Ogi, Jumat (14/12). Wakil Ketua DPP KNPI Armin Mustamin Toputiri dan pemerhati politik Dr Jayadi Nas hadir sebagai panelis di acarayang dipandu Anggota KPU Makassar Maqbul Halim. Di depan audiens, Maqbul memberikan kesempatan secara bergantian kepada kelima kandidat tersebut untuk memaparkan visinya ke depan jika terpilih kelak,
Kelima kandidat tersebut yakni Ketua Pemuda Muhammadiyah Abdul Rachmat Noer, Ketua BM PAN Irfan AB, Pengurus Hipmi Sulsel Nasrullah Mustamin, Ketua KNPI Makassar Muh Basri dan pengurus DPP KNPI Risman Pasigai. Dalam visinya, Basri berjanji membuka ruang dan peluang bagi organisasi kepemudaan berkiprah di KNPI, sedang Rachmat ingin menjadikan KNPI sebagai wadah komunikasi bagi pemuda dari semua unsur dan melibatkan LSM dan badan eksekutif mahasiswa (BEM). Sementara Nasrullah berjanji menjadikan KNPI sebagai wadah fasilitator, mediator antara masyarakat, pemuda dan pemerintah. Mengedepankan untelektualitas dan berdaya saing. Sedang Risman mengedepankan pemberdayaan kepemudaan dan menghilangkan perbedaan di tubuh KNPI. Sementara kandidat lain, Ilhamsyah Azikin Solthan yang disebut-sebut kandidat kuat tidak tampak. Randi Patabai secara mengejutkan menyatakan mengundurkan diri dari bursa kandidat Ketua KNPI dan mengalihkan sepenuhnya dukungan Nasrullah.

Read More......


Sabtu, 29-09-2007 14:59:25
Amin Menuju Bulukumba
Laporan: AS Kambie. kambie_tribuntimur@yahoo.com

Makassar, Tribun - Gubernur Amin Syam baru saja bertolak ke Bulukumba. Sore ini, Amin dijadwalkan melakukan dialog dengan kader Partai Golkar hingga buka puasa di Masjid Jami Bulukumba.
Tim pemenangan Amin-Mansyur Ramly di Bulukumba, Risman Pasigai, melaporkan, pihaknya sudah mendapat konfirmasi dari simpul pendukung Amin-Mansyur (Asmara) di Bulukumba untuk menghadiri dialog tersebut. "Kami optimistis, dialog ini dihadiri ribuan pendukung Asmara. Kegiatan ini sekaligus apel akbar untuk memenangkan Asmara di Bulukumba," jelas Risman. Menurutnya, Amin akan menghadiri peringatan Nuzul Quran di Masjid Jami Bulukumba, malam ini. (wid)

Amin dan Aziz Garap Selatan-selatan


Makassar, Tribun - Dua kandidat gubernur menggarap kawasan selatan-selata Sulsel, kemarin hingga tadi malam. Amin Syam menghadiri peringatan Nuzul Quran di Masjid Agung Bulukumba, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar berceramah Nuzul Quran di Masjid Agung Jeneponto. Menurut juru bicara Asmara, Hidayat Nahwi Rasul, Amin bersama Sofyan melihat dari dekat landasan run way dan taxi way pesawat. Bandara terbesar di kawasan timur Indonesia (KTI) ini direncanakan dioperasionalkan awal Januari 2008.
''Pembangunan Bandara sangat cepat dan lancar, ini bisa jadi contoh bagi pembangunan projec yang lain,''kata Amin. Setelah meninjau Bandara, Amin bersama Sofyan melanjutkan perjalanan menuju Semen Tonasa Amin bertolak ke Bulukumba usai mendampingi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil meninjau Bandar Udara Hasanuddin Makassar yang baru. Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel ini buka puasa bersama pengurus Golkar dan ralwan serta masyarakat di Masjid Agung Bulukumba. "Pak Amin melakukan dialog dengan kader Partai Golkar hingga buka puasa di Masjid Agung Bulukumba," ujar Tim pemenangan Amin-Mansyur Ramly (Asmara) di Bulukumba, Risman Pasigai. Menurutnya, dialog dihadiri ribuan orang dari simpul pendukung Asmara di Bulukumba. "Kami optimistis, dengan semangat tim di Bulukumba, Asmara bisa menang di daerah ini," tegas Risman. Sedangkan Aziz meninggalkan Makassar menuju Cikoang, Takalar, usai salat duhur di Pondok Pesantren Hidayatullah, Tamalanrea. Aziz bersilaturahmi dengan warga Cikoang sebelum menuju Jeneponto. Anggota DPD RI ini buka puasa di kediaman tim pejuang Jeneponto. Dalam dua hari terakhir, Aziz dua kali menggelar kegiatan di Selatan-selatan Sulsel. Sebelumnya ceramah di Masjid Agung Takalar. "Kami berharap tidak ada lagi yang menghalangi ustad melakukan ceramah di masjid," ujar sekretaris pribadi Aziz, M Irfan Yahya. (bie)

Read More......


Selasa, 18-12-2007 Tribun Timur
NAHKODA BARU KNPI SULSEL
Nasrullah Mustamin atau Ilhamsyah Azikin
Makassar, Tribun - Musyawarah Provinsi (Musprov) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel berakhir hari ini. Pemilihan ketua berlangsung hingga dini hari tadi. Dua kandidat bersaing ketat, Nasrullah Mustamin dan Ilhamzah Azikin. Hingga pukul 22.00 tadi malam, sidang belum bisa dimulai. Beberapa kali panitia dan stering committee (SC) kelihatan bingung karena peserta menghilang. Para tim sukses kandidat tampak sibuk di lantai I Hotel Singgasana, Makassar.
Tim Nasrullah berposko di lantai 14, kamar 1400 Hotel Singgasana. Di ruangan itu, tim sibuk berkomunikasi lewat ponsel. Hampir sudut-sudut kamar di Singgasana diwarnai suasana lobi yang dilakukan tim dengan para pimpinan organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) dan DPD II KNPI. Kesibukan serupa juga tampak di Makassar Golden Hotel. Kandidat Ilhamsyah berposko di hotel mewah ini. Hingga pukul 22.00 tadi malam, kubu Nasrullah mengklaim telah mengumpulkan 38 dukungan dari OKP dan DPD II KNPI. Wakil Ketua KNPI Pangkep, Abd Malik Assegaf mengaku belum menentukan pilihan hingga pukul 22.00 tadi malam. "Kami masih melihat perkembangan," katanya. Demikian pula OKP yang tergabung dalam Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU), mengaku belum menentukan sikap. Sesepuh OKP KBNU, Azhar Arsyad, menjamin lima suara OKP KBNU solid. "Teman-teman akan menentukan suara pada detik-detik terakhir," kata Azhar. OKP KBNU adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pemuda dan Pelajar NU (IPPNU), Ikatan Pemuda NU (IPNU) , Fatayat NU, dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Kandidat yang direkomendasikan Pemuda Muhammadiyah (PM) Sulsel Abdul Rachmat Noer pun mengaku gagal menggaet kandidat yang direkomendasikan Pemuda Al Islah, M Basri, dan kandidat Risman Pasigai. "Kami sudah mengajak Pak Basri dan Pak Risman berkoalisi tapi belum ada kesepakatan," kata Rachmat. Phoenam VS Kopizone BUKAN hanya latar belakang organisasi yang menjadi simbol para kandidat. Mereka ikut diidentifikasi berdasarkan tempat langganan minum kopi. Ilhamsyah Azikin dan timnya dinilai hoby minum kopi di Warung Kopi Phoenam, Panakkukan, Makassar. Sementara Nasrullah Mustamin dan timnya langganan ngopi di Kopi Zone, sekitar 10 meter dari Phoenam. Di arena Musyawarah Provinsi (Musprov) KNPI Sulsel, Hotel Singgasana, Makassar, tadi malam, beredar bahwa yang bertarung adalah Phoenam dengan Kopi Zone. Peserta musprov, Rusdianto dan Nasruddin Upel, mengatakan, karena lebih sering ngopi di Kopi Zone, keduanya pun dikelompokkan sebagai kubu Nasrullah. Sementara Sekretaris KNPI Makassar Sugali Halim yang hoby ngopi di Phoenam dimasukkan dalam kubu Ilhamsyah

Terpilih Ketua KNPI, Ilhamsyah Segera Konsolidasi

Makassar, Tribun - Setelah terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel periode 2007-2010, Ilhamsyah Azikin Solthan berjanji segera melakukan konsolidasi pengurus dan soliditas. Ilhamsyah terpilih dalam pemilihan yang digelar satu putaran, di Hotel Singgasana, Selasa (18/12), pukul 02.00 dinihari. Ilhamsyah mendulang 49 suara dan mengalahkan pesaingnya, Nasrullah Mustamin yang hanya mengantongi 11 suara, disusul Risman Pasigai empat suara. Tiga suara dinyatakan abstain.
Usai pemilihan, acara dilanjutkan dengan pemilihan formatur untuk menyusun kepengurusan. Mereka yang terpilih yakni ketua demisioner Haris Yasin Limpo, ketua terpilih Ilhamsyah,Tim formatur segera menyusun kepengurusan di lantai tujuh hotel tersebut. Kepengurusan disusun hingga subuh hari. Kepengurusan disusun proporsional, di antaranya 50 persen dari OKP, 20 persen kesinambungan, 20 persen potensi pemuda dan 10 persen potensi lainnya. Usai dilantik dan foto bersama, Ilhamsyah memberi keterangan pers di Restoran Bahari. Ia mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada DPP II dan OKP yang memberikan tanggungjawab yang besar untuk membangun kepemudaan. Program yang dikedepankan putra Bupati Bantaeng Azikin Solthan ini, yaitu melakukan pendekatan kemitraan dengan organisasi kepemudaan (OKP) yang mempunyai program, KNPI hanya fasilitator, simulator untuk pemberdayaan OKP.

Politisi PDIP Bingung, Antara Nas dan Ciwang

KETUA Pemuda Pelanjut Amanat Proklamasi Republik Indonesia (PP APRI) Sulsel, Husain Djunaid, mengaku bingung memilih salah satu di antara dua kandidat, Nasrullah Mustamin dan Ilhamsyah Azikin, yang bersaing di Musprov KNPI Sulsel. "Siapa yang tidak bingung, Nas (sapaan Nasrullah) dan Ciwang (sapaan Ilhamsyah) sama-sama kader saya dan keduanya menjabat wakil ketua PP APRI," kata Uceng, sapaan Husain, di sela-sela Musprov kemarin.
Usai pembukaan musprov, ketiganya terlihat berdiskusi dan memanggil fotografer untuk mengabadikan foto ketiganya. Kandidat ketua, Risman Pasigai, yang kebetulan lewat di samping Uceng, Nas, dan Ciwang juga diajak foto bersama.

Read More......


Kamis, 10-05-2007
AMIN ANCAM PECAT TOKOH GOLKAR


Jika Tak Mendukung Paket Golkar Amin-Mansyur; Pleno Golkar Tetapkan Amin-Mansyur Hari Minggu; Agung Laksono: Tidak Ada Alasan Menolak Paket Syahrul-Agus

Makassar, Tribun -- Ketua nonaktif Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulsel Amin Syam menegaskan, ia akan memberikan sanksi keras bagi pengurus dan kader Golkar yang membelot terhadap keputusan partai terkait pemilihan kepala daerah (pilkada). "Bagi anggota DPRD yang main mata dengan kandidat lain kami akan copot," kata Amin di acara peresmian Kantor Badan Pengurus Daerah (BPD) Pengusaha Ormas Musyawarah Kerja Gotong Royong (MKGR) Sulsel di Jl Lanto Dg Pasewang, Makassar, Rabu (9/5).

Amin menegaskan hal tersebut secara terbuka di depan sekitar 300- an pengurus dan kader organisasi pendiri Golkar ini. Amin tidak membaca teks atau membawa secarik kertas. Sejak awal April lalu, Golkar telah memutuskan mengusung duet Amin Syam-Mansyur Ramly di pilkada. Hari Minggu (13/5), DPD Golkar Sulsel, akan menetapkan duet ini dalam rapat pleno khusus. Amin tidak menyebutkan nama dan level anggota DPRD yang akan diberikan sanksi. Dia juga tidak merinci bentuk pelanggaran tersebut apakah kader Golkar itu menjadi tim sukses atau menjadi pasangan calon kepala daerah, atau sekadar simpatisan. Kader Golkar di DPRD Sulsel berjumlah 33 orang. Sedangkan di 23 DPRD kabupaten/kota di Sulsel, kader Golkar sekitar 260-an. Secara kelembagaan, bersama pengurus harian partai mereka ini menjadi motor penggerak kampanye pasangan calon kepala daerah yang diusung partainya. Jika ada kader Golkar yang tidak mendukung akan dicoret namanya dari partai. Apabila ada kader Golkar yang bermain mata dengan kandidat lain maka diberikan peringatan, jika tak diindahkan, maka namanya dicoret saja. "Ini politik, tidak boleh main-main. Tidak boleh macam-macam, makanya harus hitam-putih," kata Amin yang juga incumbent Gubernur Sulsel ini dalam suara agak tinggi. Penegasan serupa juga sudah dikemukakan Amin dalam acara MKGR di Jeneponto, dua pekan lalu. Saat Amin menyampaikan itu, Sekretaris DPD Golkar Sulsel Agus Arifin Nu'mang dan sejumlah lagi-gencar-gencarnya melakukan manuver untuk bergabung dengan Syahrul Yasin Lipmo, calon gubernur usungan PAN, PDK, dan PDIP. Hadir dalam acara yang dimulai sekitar pukul 14.00 wita antara lain politisi Golkar Marzuki Wadeng, Ambas Syam, PJs Ketua DPD Golkar Sulsel sekaligfus Ketua Bappilu Golkar Moh Roem, Ketua Gema MKGR Annas GS, Sekretaris Tim Kekerabatan Saggaf Saleh, dan sejumlah pengusaha. Pengusaha yang tampak di situ, selain Ketua Ormas Pengusaha MKGR Zulkarnaen Latif, sekretaris Danny Pomanto, Alim Bahri, Usman Marham, dan sejumlah pengusaha lainnya turut hadir. Reaksi Sejauh ini, Sekretaris DPD Golkar Sulsel Agus Arifin Nu'mang adalah satu dari sekian elite DPD Golkar yang secara terbuka menyatakan akan menjadi salah satu calon wakil gubernur, mendampingi Syahrul Yasin Limpo. Koalisi tiga partai pengusung Syahrul, PAN, PDK, dan PDIP, juga sudah memberikan sinyal untuk mengakomodir Agus sebagai salah satu calon kuat pendamping Syahrul. Agus yang coba dikonfirmasi soal ancaman sanksi Amin Syam ini tidak memberikan jawaban. Informasi yang diperoleh Tribun, Agus kini tengah berada di Jakarta untuk sebuah acara. Ketua DPW PAN Ashabul Kahfi bersama tujuh elite DPW PAN Sulsel, tadi malam, menemui Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir. "Kita akan coba mempertemukan Pak Syahrul dan Agus di depan Pak Soetrisno," kata Kahfi melalui telepon tadi malam. Mesin Partai Bagi kader Golkar yang di legislator, Amin mengisyaratkan, bentuk sanksi tersebut berupa pencabutan status keanggotaan di DPRD. Sedangkan pengurus dan kader lainnya yang membelot akan diberikan sanksi sesuai tingkat pelanggarannya. Pemberian sanksi itu, jelas Amin, merupakan konsekuensi dari putusan partai dan upaya menggerakkan mesin partai di pilkada nanti. Tim kerabat Amin, Marzuki Wadeng yang juga anggota DPRD Sulsel, mengatakan, sedianya mesin partai Golkar sudah dinyalakan dan mulai bergerak hingga ke kabupaten dan pelosok desa. Hanya saja, diakuinya, karena kendala birokrasi dan sistem administrasi partai yang masih menunggu penetapan resmi dari DPD Golkar, maka mesin partai itu cenderung terlihat belum bergerak. Politisi Golkar di DPRD Sulsel lainnya, Madjid Tahir, yang merupakan tim kerabat Amin-Mansyur, mengatakan, khusus soal pemberian sanksi ini, diagendakan dibicarakan dalam pleno khusus penetapan Amin-Mansyur. "Dalam undangan pleno tanggal 13 (Mei) nanti, ada catatan membahas sanksi partai," kata Madjid. Legislator Golkar Sulsel Chaidir Arief Karaeng Sijaya yang terlihat selalu menyertai kunjungan kandidat gubernur dari PAN-PDK- PDIP Syahrul Yasin Limpo ke daerah bersama dengan Sekretaris Golkar Sulsel Agus Arifin Nu'mang menilai wajar jika Amin mengingatkan kader Golkar. "Saya pikir ungkapan seperti itu wajar saja muncul dari seorang ketua partai sekaligus kandidat yang ingin bersaing di pilkada. Saya pikir sebagai kader dan bawahan saya tak perlu menanggapinya secara berlebihan," kata Chaidir. Sebelum Amin resmi berpasangan dengan Mansyur, Chaidir termasuk politisi Golkar yang menyatakan penolakannya terhadap Mansyur. Ia berkali-kali menggelar konferensi pers dan menyuarakan aspirasinya meminta Agus dan Ketua Bappilu Golkar Sulsel Moh Roem yang mendampingi Amin. Politisi kelahiran Jeneponto ini juga berkali-kali mengingatkan Amin tentang isi Perjanjian di Bojo, Barru, tentang komitmen Amin berpasangan dengan kader internal Golkar di pilkada. Sedangkan Pjs Ketua Golkar Kabupaten Soppeng, Kaswadi Razak, menyatakan persetujuannya atas komentar Amin. Sebelum Mansyur ditetapkan sebagai calon wagub, ketua DPRD Soppeng juga menjagokan Agus mendampingi Amin. Mereka Hadir Di hadapan ratusan kader pengusaha ormas MKGR dan binaannya, Amin juga mengingatkan agar mendukung keputusan Partai Golkar. Jika ada kader MKGR yang tidak mendukung, juga akan dicoret. Dulu, kata Amin, tidak ada masalah jika ada kader yang mendukung kandidat lain apalagi bermain mata. Pasalnya, Golkar belum memiliki calon. "Tapi sekarang Golkar sudah punya calon, jadi kader tidak boleh main-main," tegas Amin tanpa menyebut kader Golkar yang dimaksud. Masih dalam sambutan lepasnya, Amin yang mengenakan batik berwarna gelap dipadu celana berwarna biru tua, meminta kader MKGR harus berjuang memenangkan perhelatan politik yang digelar 5 November nanti. Olehnya, kader pengusaha ormas MKGR diharapkan dapat merebut simpati masyarakat melalui usaha binaannya. "Bagi kader muda menggunakan bahasa anak muda, yang perempuan menggunakan bahasa perempuan, dan bagi pengusaha gunakan bahasa pengusaha," kata Amin lagi. Masih di atas podium, Amin mengucapkan terima kasih kepada kelompok pengusaha MKGR yang telah menyatakan sikap mendukung duet Amin-Mansyur (Asmara). Di tempat sama, Amin yang juga ketua DPD Ormas MKGR Sulsel ini menuai dukungan dari kelompok usaha binaan MKGR yang dibacakan aktivis MKGR Risman Pasigai. Dalam pernyataan sikapnya, Risman menyatakan, kelompok pengusaha binaan MKGR mendukung dan siap memenangkan duet Asmara karena yakin duet ini dapat lebih memajukan Sulsel. Yel-yel hidup Amin pun menggema dari ratusan hadirin yang terdiri dari kepompok usaha MKGR. "Hidup Amin, hidup Amin, maju terus," kata hadirin disertai tepuk tangan. Kelompok usaha binaan MKGR terdiri dari kelompok usaha warung kopi, bengkel, ojek, pengusaha handphone, jasa konstruksi, usaha mandiri, kelistrikan, travel, percetakan, dan usaha tiga roda. Pada kesempatan sama, Amin menyematkan rompi berwarna kuning bertuliskan pengusaha ormas MKGR kepada kelompok binaan yang hadir. Amin dan Apiaty Kamaluddin hadir menggunakan mobil bus didampingi sejumlah politisi dan tim kekerabatan. Agung Laksono Sekitar pukul 23.45 wita tadi malam, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono bertemu Syahrul dan sejumlah tim pemenangannya di Rumah Makan (RM) Bahari, Jl Josep Latumahina, Makassar. Menurut Agung, tak ada alasan menolak izin Agus jika diajukan secara prosedural ke Golkar. Untuk mendampingi Syahrul, lanjut Agung, Agus hanya butuh izin dari DPD I Partai Golkar Sulsel. "Saya belum menerima laporan secara resmi. Kalau ada tentu kita akan pelajari. Tapi pada prinsipnya tidak ada alasan menolak," kata Agung yang transit Makassar untuk melanjutkan perjalanan ke Sulbar mengikuti pelantikan Dewan Pimpinan Kolektif Kosgoro 1957 di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (10/5) hari ini. Agung adalah Ketua Umum DPK Kosgoro 1957. Sedangkan Syahrul adalah Ketua DPK Kosgoro 1957 Sulsel. Kosgoro adalah satu dari tiga organisasi pendiri Golkar, selain MKGR, dan Soksi. Amin Syam, bakal pesaing Syahrul di pilkada adalah Ketua MKGR Sulsel. Menyangkut pernyataan Amin bahwa kader yang membelot akan dicoret dari Golkar, Agung tak bersedia mengomentari. Saat ditanya tentang pernyataan Amin tersebut, Agung lama tertegun dan tampak berpikir keras. "Ah, mudah-mudahan tak ada yang mbalelo," ujarnya. Rombongan Agung tiba di RM Bahari pukul 23.00. Agung berada di mobil Alphard DD 271 MB milik Syahrul. Dikawal satu unit aparat keamanan. Rombongan lain di Bus bernomor polisi DD 7070 KA dan Bus Toddopuli DD 7299. Agung didampingi Wakil Ketua DPP Golkar Andi Syamsul Bachri, tim pemenangan Syahrul Irman YL dan Tau Toto Tranggina. Sejumlah ibu berseragam Kosgoro mengenakan pin bergambar Syahrul di baju. Agung meninggalkan RM Bahari pukul 00.12 wita. (cr1/opi/bie/rex)

Read More......


Jumat, 07-11-2008
IKHLAS BERKARYA


TERPILIH menjadi Wakil Sekretaris DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) tidak membuat Muhammad Risman Pasigai besar kepala. Wakil Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini malah tetap bersikap realistis menghadapi Pemilu 2009. Menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPRD Bulukumba, Risman mengaku tidak "turun pangkat".
Apalagi ia membina karier politik di Partai Golkar di Butta Panrita Lopi dari bawah. Risman kini menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar dan Sekretaris DPD II Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di Bulukumba. "Dalam dunia politik, saya selalu mengutamakan berpikir realistis. Di organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), saya mungkin bisa duduk di level nasional, tapi di dunia politik praktis, saya masih harus banyak belajar pada senior," ujar Risman, Kamis (6/11). Risman caleg Partai Golkar di daerah pemilihan (DP) I Bulukumba (Bonto Tiro, Herlang, dan Kajang) untuk DPRD Bulukumba. Ketua Umum Garda Muda Merah Putih (GMMP) Bulukumba ini optimistis meraih dukungan pemilih pemula. "Yang pasti, saya akan berusaha selalu ikhlas dalam berkarya. Masyarakat sudah pandai menilai, yang mana yang terbaik dan bisa dipercaya memperjuangan aspirasi mereka," katanya

Read More......


Rabu, 10-12-2008
CALEG MUDA GOLKAR TOLAK FCM


HARAPAN Deklarator Forum Calon Muda (FCM) untuk menyatukan calon anggota legislatif (caleg) dalam satu draf perjuangan mulai tersandung. Langkah penyatuan kekuatan para caleg muda ini bakal terhalang oleh caleg partai terbesar di negeri ini, Golkar. Sejumlah caleg muda Golkar menyatakan tidak akan bergabung ke FCM."Bagaimana bisa sesama caleg lintas partai membentuk forum. Padahal masing-masing caleg membawa visi partainya maupun memperjuangkan dirinya masuk ke parlemen," kata caleg Golkar Makassar dari Daerah Pemilihan (Dapil) Panakkukang dan Manggala, Rahman Pina, Selasa (9/12). Rahman lahir di Enrekang 13 Juli 1977. Dari segi usia, Koordinator Tim Media Ilham Arief Sirajuddin-Supomo Guntur (IASmo) pada Pilwali Makassar ini tergolong caleg muda."Saya beberapa kali diskusi dengan teman-teman yang tergabung dalam FCM. Sikap saya tegas, masing-masing caleg memiliki metode sendiri untuk menggalang pemilih. Tidak mesti membentuk forum seperti FCM," tambah alumnus Fisip Unhas ini.Tidak hanya Rahman, sejumlah koleganya di Golkar seperti Japry Y Timbo dan Susuman (Sugali) Halim menyatakan tidak akan bergabung di FCM."Kalau forum caleg muda Golkar, saya mau bergabung. Sesama partai, platform perjuangan jelas dan terarah. Juga bisa kompromi wilayah basis secara jelas," tambah Sugali, caleg nomor urut 11 dari Dapil Panakkukang dan Manggala.Sugali menyebut sistem pengkaderan di internal partainya dilakukan secara berjenjang. Di internal Golkar, kader yang berusia di bawah 40 tahun di kategorikan caleg muda. Pada Juklak Pencalegan partai beringin ini, caleg di bawah 40 tahun memiliki jatah 20 persen."Sebenarnya, tidak ada istilah caleg muda atau caleg senior. Sebelum terdaftar sebagai caleg, partai memiliki metode penilaian berdasarkan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tak tercela (PDLT)," tambah Sekretaris AMPG Makassar, Japry.Caleg Muda Golkar untuk DPRD Bulukumba, Risman Pasigai, juga memandang tidak perlu menceburkan diri dalam FCM. "Omong kosong kalau caleg punya visi- misi pribadi. Begitu mereka terpilih, mereka akan larut dan harus tunduk pada visi- misi partai yang mengusung mereka," tegas Risman.Sumber: Tribun Online

Read More......


(berita antara)

PP IPMAH BULUKUMBA Mendesak Mendagri

Sementara itu dari Makasar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dilaporkan, Ikatan Pelajar Mahasiswa (IPMAH) Bukukumba mendesak Menteri Dalam Negeri, Cq Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) agar menonaktifkan Bupati Bulukumba Patabai Pabokori dari jabatannya.

Penegasan itu disampaikan Ketua Ipmah Bulukumba M Arsyam dan sekretaris Risman Pasigai menyusul terjadinya bentrok antara warga setempat dengan aparat keamanan di lahan perkebunan karet PT Lonsum yang menewaskan dua warga setempat kepada tim aspirasi DPRD Sulsel di Makassar, Senin.

Dua warga yang meninggal akibat ditembak petugas Kepolisian pada 21 Juli 2003 di lahan perkebunan karet PT Lonsum tersebut, yakni Barra bin Badullah meninggal di TKP dan Ansu meninggal di rumah sakit umum Bulukumba tiga hari kemudian.

Ipmah dalam pernyataan sikapnya mendesak Gubernur Sulsel Amin Syam untuk segera memberhentikan Bupati Patabai karena tidak mampu menyelesaikan masalah yang terjadinya di daerahnya, bahkan Bupati selalu menghindar dan meninggalkan daerah, ke Jakarta setiap terjadi masalah antara warga dengan PT Lonsum yang telah berlangsung cukup lama.

Peristiwa berdarah yang terjadi antara petani dengan aparat keamanan yang membela PT Lomsum, sedikitnya telah menewaskan dua orang dan puluhan lainnya menderita luka-luka yang saat ini dirawat di rumah sakit setempat.

Ipmah dalam pernyataan sikap mengutuk keras tragedi kemanusiaan dan pelanggaran HAM oleh petugas Kepolisian dengan cara kekerasaan, penembakan terhadap warga sipil yang memperjuangkan hak-haknya.

Selain itu, mahasiswa juga mendesak aparat melakukan proses hukum secara fair terhadap para pelaku peristiwa berdarah di Bulukumba, baik pihak Polri maupun oknum lainnya yang mengakibatkan petani menjadi korban tanpa pandang bulu, katanya. (ant/atn)

Read More......



Harian Fajar (04 Nov 2008,)

Tujuh Putra Sulsel Masuk Kabinet Doly DPP KNPI

JAKARTA -- Formatur Kongres Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Ancol sudah merampungkan tugasnya. Susunan kepengurusan sudah terbentuk dan segera dilaporkan ke presidium sidang.Dari bocoran sementara yang diperoleh Fajar, ada tujuh putra Sulsel yangmasuk dalam kabinet Ketua Umum KNPI terpilih, Ahmad Doly Kurnia. Mereka itulah yang akan bekerja mendampingi Doly selama satu periode ke depan.Nama-nama dimaksud adalah Pahlevi Pangerang yang dipercaya menjadi Sekjen DPP KNPI. Juga ada Risman Pasigai yang merupakan pengurus periode sebelumnya yang kembali dipercaya sebagai Wakil Sekjen Pemberdayaan Pedesaan.Syamsuddin Radjab menjabat sebagai Ketua Bidang Hukum dan HAM, ditambah Balyah, Mustahuddin, dan Irham Nur yang masuk sebagai pengurus komisi. Adik kandung mantan Ketua Umum DPP KNPI, Idrus Marham, yaitu Usman Marham dipercaya pada posisi Wakil Bendahara.Pada posisi Majelis Pemuda Indonesia (MPI) sejumlah tokoh Sulsel juga masuk dalam struktur. Antara lain, tokoh pemuda Sulsel, Armin Mustamin Toputiri yang dipercaya jadi Wakil Ketua MPI. Juga ada Andi Browning.Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin juga dimasukkan sebagai MPI. Demikian juga anggota DPR RI, Fachry Andi Leluasa. Ketua Presidium Sidang, Andi Browning mengatakan, pengumuman pengurus itu menjadi kewenangan presidium sidang. Setelah mendapat laporan dari formatur, kata dia, presidium sidang segera mengumumkan pengurusnya."Besok, (hari ini) pengumumannya akan dilakukan," katanya. Ketua Umum KNPI terpilih, Ahmad Doly Kurnia di kantor DPP KNPI, Kuningan, Senin 3 November mengatakan, pengumuman pengurus tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari proses kongres."Ini keputusan tak terpisahkan dari kongres dan menjadi satu kesatuan dengan seluruh keputusan kongres di Ancol," katanya. Selain itu, di jajaran MPI Kongres KNPI Ancol, beberapa nama penggagas kongres KNPI Bali juga tetap diakomodasi. Termasuk Hans Silalahi yang sebelumnya menjadi pelaksana tugas ketua saat Hasanuddin Yusuf dinonaktifkan melalui forum MPP. (har)

Read More......



Amin Syam Mundur dari Ketua Golkar

Roem Akan Jadi Pelaksana Tugas Ketua Golkar Sulsel; Hari Ini,Pengurus Golkar Sulsel Temui Kalla di Bandara Sultan Hasanuddin, AminTak Diundang ; Ketua DPD II Kumpul di Kediaman Amin; Apiaty: PakAmin Sudah 15 Tahun 4 Bulan di Golkar; Mattalatta Enggan Berkomentar,Roem Mengaku Belum Pegang Surat Pengunduran Diri Amin

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel), Amin Syam, dikabarkan mundur dari posisinya di partai berlambang pohon beringin ini. Informasi yang dihimpun Tribun, Minggu (28/12), Amin resmi mundur mulai 1 Januari 2009. Namun pengurus DPD I Golkar Sulsel mengaku belum menerima surat tertulis mantan Gubernur Sulsel ini. Selanjutnya, posisi Amin akan ditempati Ketua Harian DPD I Golkar Sulsel, Moch Roem, yang akan menjadi pelaksana tugas ketua DPD I. Roem yang dihubungi via telepon, tadi malam, mengaku sudah mendengar soal pengunduran Amin tersebut. Namun dia belum bersedia memberi keterangan karena belum membaca surat tertulis pengunduran diri itu. "Silakan tanya ke Pak Ambas Syam (ketua bidang hukum dan HAM) dan Pak Pangerang Rahim (ketua bidang organisasi kader dan keanggotaan)," kata Roem. Ambas yang dikonfirmasi terpisah mengaku berada di Selayar untuk melakukan sosialisi calon anggota legislatif (caleg) DPR RI. "Saya belum dengar informasinya," kata Ambas singkat. Namun Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Malkan Amin, membenarkan soal pengunduran diri tersebut. "Sesuai dengan kesepakatan pada saat Pak Roem diangkat sebagai ketua harian DPD I Golkar, Pak Amin minta hanya menjabat sampai pada 1 Januari tahun depan. Setelah itu, Golkar Sulsel sepenuhnya dikendalikan oleh Pak Roem sebagai pelaksana tugas Ketua DPD I," kata Malkan yang dihubungi via telepon. Dua Pertemuan Terkait dengan rencana pengunduran Amin tersebut, kemarin sore dikabarkan berlangsung dua pertemuan penting secara terpisah. Pertemuan pertama dilakukan jajaran DPD II Partai Golkar se-Sulsel di kediaman Amin di bilangan Panakkukang Mas. Sedangkan pertemuan kedua dilakukan oleh pengurus teras DPD I Golkar di sekretariat DPD I Golkar Sulsel, Jl Amanagappa, Makassar. Kedua pertemuan tersebut dikabarkan membahas rumusan jalan tengah yang akan ditempuh setelah Amin mundur. Opsinya, menunjuk ketua harian (Roem) sebagai pelaksana tugas ketua DPD I, menyerahkan keputusan kepada DPP melalui koordinator wilayah (korwil), dan mempersiapkan musyawarah daerah luar biasa (musdalub). Sedianya, masa jabatan Amin berakhir pada Desember 2009. Mantan Ketua DPRD Sulsel ini dipilih untuk periode kedua pada Desember 2004. Sekretaris DPD II Golkar Bone, Ambo Dalle, membenarkan pertemuan pengurus DPD II Golkar di kediaman Amin yang juga dihadiri sejumlah fungsionaris DPD I. "Pak Amin hanya meminta saran sebelum beliau resmi mundur. Apalagi, kita sedang dalam tahapan urgent konsolidasi menghadapi pemilu legislatif," katanya. Sebanyak 17 ketua dan sekretaris DPD II hadir di kediaman Amin. Selain Ambo Dalle, mereka yang hadir, di antaranya, Ketua Golkar Makassar Ilham Arief Sirajuddin, Ketua Golkar Wajo Andi Asmidin, Ketua Golkar Bulukumba Andi Muttamar, Di Bandara Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla akan mengumpulkan seluruh ketua, sekretaris, dan dewan penasihat (wanhat) Golkar se-Sulsel di Bandara Hasanuddin, Makassar, pagi ini. Informasi yang diperoleh Tribun, konsolidasi seluruh ketua, sekretaris, dan wanhat Golkar itu terkait kabar mundurnya Amin sebagai ketua Golkar . Sekretaris Golkar Sulsel Arfandy Idris yang dikonfirmasi mengakui rencana pertemuan khusus dengan Kalla di Bandara Sultan Hasanuddin. Hanya saja, pihaknya membantah jika pertemuan itu membahas soal musyawarah daerah luar biasa (musdalub) Partai Golkar Sulsel menyusul mundurnya Amin dari tampuk kekuasaan di Golkar Sulsel. "Tidak ada itu. Kita hanya silaturahmi biasa. Wajar kalau ketua umum datang dan kita menyambutnya dengan baik, sekaligus konsolidasi menyambut Pemilu 2009," kata Arfandy. Kalla dikabarkan transit sekitar satu jam di Bandara Hasanuddin dalam perjalanan kunjungan kerjanya ke Manado, Sulawesi Utara. Sementara, Sekretaris DPD Partai Golkar Makassar Farouk M Betta yang dikonfirmasi enggan memberikan jawaban terkait kabar tersebut.
Elite Partai Golkar Bulukumba Risman Pasigai mengaku telah mengikuti pertemuan khusus atas di Sekretariat DPD I Partai Golkar Sulsel di Jl Botolempangang, terkait agenda pertemuan dengan ketua umum Partai Golkar itu hari ini. "Kami sudah mendapatkan id card untuk mengikuti pertemuan itu," katanya. Id card dimaksud sekaligus berfungsi sebagai undangan. Bentuknya menyerupai id card karyawan dengan tulisan Pertemuan Konsultasi Ketua Umum DPP Partai Golkar HM Jusuf Kalla dengan Pengurus Wanhat Tk I dan TK II, Calong Anggota Legislatif DPRD Provinsi Sulsel dari Golkar, serta Pengurus DPD I dan DPD II Partai Golkar Se-Sulsel. Amin dikabarkan tidak akan menghadiri acara tersebut. Namun surat pengunduran dirinya akan disampaikan dalam momen tersebut. "Bapak (Amin) kan tidak diundang jadi tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut," kata Apiaty. Dalam sejumlah pertemuan dengan jajaran DPD I Golkar Sulsel dengan Kalla, Amin lebih memilih absen. (Tribun)

Read More......



Selasa, 30-12-2008
Kalla: Segera Pilih Pengganti Amin

Sikapi Pengunduran Diri Amin Syam sebagai Ketua Golkar; Kalla Bacakan Surat Pengunduran Diri Amin di Hadapan Jajaran Golkar Se-Sulsel di Bandara Sultan Hasanuddin; Amin Tidak Hadir; 15 DPD II Setuju Musda Dipercepat; Gowa dan Parepare Lebih Senang Dipimpin Caretaker
Makassar, Tribun - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang meminta Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar Sulsel segera menggelar musyawarah daerah (musda) dipercepat untuk memilih figur pengganti Amin Syam yang resmi mundur dari kursi Ketua Golkar Sulsel.
Kalla menyampaikan hal itu di depan jajaran pengurus DPD I Golkar Sulsel dan DPD II Golkar se-Sulsel di VIP Room Bandara Sultan Hasanuddin, Senin (29/12). Kalla juga membacakan surat Amin yang dibuat di atas dua lembar kertas. Pertemuan dipimpin Ketua Harian Golkar Sulsel Moh Roem yang kemudian meminta Kalla untuk memberikan pengarahan sekitar 30 menit kepada jajaran pengurus dan calon anggota legislatif (caleg) Golkar. Amin tidak hadir dalam pertemuan ini.

Amin resmi mundur mulai 1 Januari 2009. Mantan Gubernur Sulsel ini mengaku mundur atas dasar keikhlasan dan ingin beristirahat setelah memimpin Golkar selama 15 tahun empat bulan. Tadi malam, pengurus DPD I Golkar Sulsel menggelar rapat di sekretariat DPD I Golkar Sulsel, Jl Amanagappa, Makassar. Roem kembali memimpin rapat yang membahas permintaan Kalla terkait dengan kekosongan kursi. Rapat memutuskan meminta DPP Golkar menunjuk caretaker dan penentuan jadwal musda DPD I Golkar Sulsel. Suasana rapat berlangsung santai dan berlangsung tidak lebih dari satu jam. Di Bandara Kalla mengundang seluruh ketua, sekretaris dan dewan penasihat Partai Golkar kabupaten/kota se-Sulsel untuk membahas surat pengunduran diri Amin tersebut. Mengenakkan batik berwarna cerah, Kalla membacakan surat resmi pengunduran diri Amin sebanyak dua lembar. Dengan surat itu, Kalla memerintahkan DPD I Golkar Sulsel segera melaksana musda. "Namanya musda dipercepat, bukan musda luar biasa.Karena musdalub itu digelar kalau ada masalah. Ini musda normal, namun hanya waktunya saja yang dipercepat," kata Kalla di depan pengurus Golkar.
Menurut Kalla, musda harus pekan ini karena menghindari kevakuman kepemimpinan di tubuh Golkar Sulsel. Apalagi, menjelang Pemilu 2009. "Saya harapkan, dalam satu pekan ini harus ada ketua. Sebab musda dipercepat itu tidak perlu membahas agenda lain kecuali memilih ketua. Kalau perlu ketuanya saja yang diganti, tidak perlu merombak pengurus," tambah Kalla saat transit dalam perjalanan ke Papua. Usai pertemuan, Kalla yang menggunakan pesawat kepresidenan langsung menuju Papua untuk melakukan kunjungan kerja. Wakil Presiden RI ini didampingi Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta, Menteri Lingkungan Hidup Wimar Witoelar, serta dua elite DPP Golkar Theo L Sambuaga dan Yorris Raewai. Para elite Golkar pun satu per atu membubarkan diri. Sebagian masih ngobrol-ngobrol santai, termasuk Ketua DPD II Golkar Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Ditanya kesiapannya menggantikan Amin, Ilham terdiam sejenak. "Jika Golkar memberikan saya amanah untuk memimpin, pada prinsipnya saya siap. Saya ini kader, saya tidak akan menolak jika diberi amanah," katanya.
Sejumlah DPD II Partai Golkar menyatakan siap menjalankan instruksi Kalla. Sekretaris DPD II Partai Golkar Bulukumba Hamzah Pangki dan Risman Pasigai menyambut musda dipercepat itu. "Pemilu sisa 100 hari lagi. Kita membutuhkan ketua yang definitif untuk menjalankan roda organisasi," kata Risman usai pertemuan. DPP Pengurus DPP Partai Golkar mengambil alih sementara kepengurusan DPD I Partai Golkar Sulsel hingga ada kesepakatan soal jadwal musda partai berlambang beringin ini. "Sekarang semua serba darurat. Setelah Pak Amin mundur, maka sesuai AD/ART partai, DPP mengambil alih sementara kendali di DPD I Golkar Sulsel. Kami akan mengirim tim dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memfasilitasi pertemuan antara pengurus DPD I dan DPD II untuk mencari solusi terbaik," kata Wakil Ketua bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPP Golkar, Iskandar Mandji, kemarin. Rapat DPD
Iskandar berjanji tim dari DPP akan mengambil sikap sesuai batas waktu yang diminta Kalla di Bandara Sultan Hasanuddin. "Musda dipercepat tidak akan melewati deadline ketua umum," lanjut Iskandar. "Mekanismenya harus begitu, kekosongan kepemimpinan di DPD I itu tanggung jawab DPP sebab harus diambil alih oleh organisasi setingkat di atasnya," kata Roem. Dalam waktu dekat, pihaknya secara organisasi menyurati DPP Golkar secara resmi agar segera menunjuk pelaksana tugas untuk mengisi kekosongan kepemimpinan. Pelaksana tugas akan menjalankan roda organisasi hingga ada ketua yang definitif. "Kita tunggu petunjuk DPP. Siapa yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas, DPP pasti tahu kader yang layak," kata Roem. Ditanya jadwal musda, mantan Bupati Sinjai ini mengaku akan menyerahkan sepenuhnya kepada DPP Golkar. "Tergantung DPP, apakah mau menggelar musda secepatnya, sebelum pemilu atau setelahnya, kita tunggu saja keputusannya. Kita siap melaksanakan kapan pun," katanya. Terkait permintaan Kalla agar menggelar musda pekan ini, Roem mengaku itu hanya pernyataan spontanitas sebab pertemuan itu bukan forum membicarakan musda, namun hanya temu konsultasi. Rapat pengurus ini dihadiri 17 dari 25 pengurus harian Golkar. Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang juga hadir rapat. Rapat berlangsung sekitar 90 menit sejak pukul 20.00 wita. Delapan pengurus yang tidak hadir dengan alasan tidak berada di Makassar. Mereka yang absen adalah Ajeip Padindang, Erwin Aksa, Ichsan Yasin Limpo, Hamka Yandhu, dan Saldy Mansyur. Usai rapat, peserta rapat sepakat menunjuk Roem sebagai nara sumber. "Yang boleh bicara hanya Pak Roem," kata Agus.
Tetap Tenang
Dalam kapasitas Wakil Ketua Bidang Kerohanian DPD Golkar Sulsel,Agus mengimbau kader Golkar tetap tenang menghadapi situasi seperti ini. "Kader harus tenang, tidak perlu panik. Apalagi menghadapi momen penting seperti pemilu," kata Wakil Gubernur Sulsel ini. Untuk memaksimalkan potensi suara partai berlambang beringin ini, Agus menyarankan seluruh delapan wakil ketua bidang bertanggung jawab terhadap daerah tertentu. "Misalnya ketua bidang kerohanian bertanggung jawab pemenangan di zona A, bidang hukum di zona B," lanjut mantan Sekretaris Golkar Sulsel ini. Sambil menunggu hujan berhenti, perbincangan elite beringin ini usai rapat lebih banyak membahas perkembangan para caleg Golkar di daerah.

Tanggapan DPD II
Pengurus DPD II Partai Golkar kabupaten/kota se Sulsel menanggapi beragam instruksi Kalla agar menggelar pemilihan ketua dalam waktu satu minggu. Ketua DPD II Golkar Sinjai Massalinri Latief dan Pjs Ketua Golkar Soppeng Kaswadi Razak terang-terangan mendesak DPD I membentuk kepanitiaan untuk menyelenggarakan musda. "Instruksi ketua umum jelas, musda dipercepat dalam waktu satu minggu. Seandainya tidak sepakat, bisa diajukan di dalam forum tadi supaya semua pengurus DPD II mendengar alasannya," kata Kaswadi. Ketua DPRD Soppeng ini menyebut kriteria pemimpin Golkar pascapengunduran diri Amin adalah enerjik dan memiliki waktu mengurus partai. Sementara menurut Massalinri, pernyataan Kalla menunjukkan betapa pentingnya arti pemimpin definitif bagi Golkar menghadapi hajatan pemilu. "Secara pribadi, saya setuju musda dipercepat seperti usulan ketua umum. Tinggal bagaimana DPD I menjalankan usulan ketua umum," kata Wabup Sinjai ini. Berbeda dengan Massalinri dan Kaswadi, Ketua DPD II Golkar Gowa, Tenriolle Yasin Limpo dan Ketua DPD II Parepare Zain Katoe, meminta DPD I mempertimbangkan instruksi Kalla. "Saat ini, yang paling penting adalah konsolidasi internal partai menghadapi Pemilu 2009. Toh ketua harian atau pun caretaker bisa memimpin konsolidasi partai," kata Tenri. Sementara Zain menilai musda dipercepat seperti instruksi Kalla akan menimbulkan perpecahan di internal Golkar menghadapi pemilu. "Tidak ada salahnya ditunda dulu pemilihan ketua hingga usai pemilu," ujar Wali Kota Parepare ini
Desak Musdalub
Wakil Ketua Dewan Penasihat (Wanhat) DPD I Golkar Sulsel, Opu Sidik, berharap pengurus DPD I menyikapi instruksi Kalla untuk menggelar musda dipercepat untuk memilih ketua DPD I yang baru. "Pengunduran diri Pak Amin menjadi momen yang tepat untuk konsolidasi dan regenerasi partai. Saatnya musda dipercepat, apalagi yang harus ditunggu dan untuk apa menunda," kata Opu. Opu termasuk tokoh senior Golkar yang gencar menyuarakan wacana Musdalub DPD I Golkar setelah Amin Syam kalah di Pilkada Sulsel, 2007 lalu. "Diibaratkan kendaraan, mesin tua saatnya turun, apalagi Golkar saat ini sudah mendaki menuju kemenangan," lanjutnya. Mantan Bupati Sidrap ini berharap saatnya generasi muda Golkar tampil sebagai pemimpin. Golkar membutuhkan figur muda dan energik agar partai beringin ini tetap yang terbaik di Sulsel. "Mempertahankan kemenangan saja sulit, apalagi mau menang. Saatnya Golkar konsolidasi internal. Jangan lagi ditunda-tunda," ujar Ketua Organda Sulsel ini.
Terpisah, Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Sulsel, Kadir Halid, menyatakan siap mengawal instuksi Kalla agar Musda Dipercepat dilaksanakan DPD I. "Pokoknya, instruksi ketua umum tidak bisa ditawar lagi. AMPG akan mengawal dan mendesak DPD I menggelar musda dalam tempo satu minggu," kata Kadir kemarin sore. Saat wacana musdalub menggelinding Mei 2008, AMPG di bawah kendali Kadir tampil membela Amin. Adik kandung Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, ini menilai Amin tidak melakukan pelanggaran dan masih mengurus partai. Golkar adalah partai "penguasa" di Sulsel dan menjadi pemenang pemilu sejak era Orda Baru hingga era reformasi. Sulsel menjadi lumbung suara Golkar secara nasional. Saat ini, Golkar menguasai 33 kursi dari 75 kursi di DPRD Sulsel atau sekitar 44 persen kursi. Partai ini juga masih mayoritas di semua DPRD kabupaten/kota di Sulsel.

Read More......



Senin, 17-12-2007 Tribun Timur Makassar
Tim Nasrullah Klaim 36 Suara, Ilhamsyah Rahasiakan

HARI pertama musyawarah provinsi (musprov) KNPI Sulsel, bakal calon ketua mulai mengerucut. Mereka adalah Ilhamsyah Azikin Solthan, Nasrullah Mustamin, dan Risman Pasigai. Ketiganya memajang X banner bergambar foto dan visi masing-masing. Baliho Nasrullah tampak paling besar terpampang di pintu gerbang hotel. Di lobi, sejumlah X Banner kandidat menghiasi ruangan. Tim media Nasrullah, Nasruddin Upel, menyatakan optimis kandidatnya memenangkan musprov. "Sampai hari ini kami telah mengantongi 36 suara. Kami masih terus melakukan komunikasi intensif dengan sejumlah DPD II dan OKP," katanya.
Ditanya dari DPD dan OKP mana saja dukungannya, Upel tidak menyebutkan secara rinci. Yang jelas, kata dia, Nasrullah direkomendasikan oleh Himpunan Puengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan Generasi Muda Pembangunan (GMP), salah satu organisasi sayap PPP. Sementara, Magister Campaign Ilhamsyah, Jamaluddin Syamsir enggan menyebutkan OKP atau DPD yang merekomendasikan kandidatnya. "Kita telah menjalin komitmen dengan OKP dan DPD agar tidak mempublis sebelum waktunya. Nanti besok, setelah verifikasi berkas calon baru kita lansir," kata Jamal. Kandidat lain, Abdul Rachmat Noer dan Risman Pasigai juga mengklaim dapat memenangkan musprov tersebut. Acara depat dimediasi pengurus KNPI Rini Savitri.

Read More......

PERGOLAKAN KAUM MUDA INDONESIA


PERGOLAKAN KAUM MUDA INDONESIA

Oleh : Muhammad Risman Pasigai

Dalam kehidupan masyarakat mahasiswa memang diposisikan sebagai agen pembaharuan bangsa, posisi itu bukan saja didasarkan pada visi intelektualisme, idealisme dan independensi yang melekat pada pundak mahasiswa, tetapi juga keterlibatan mahasiswa dalam menjawab persoalan yang dihadapi bangsa dan masyarakat. Keberhasilan mahasiswa mendobrak tanggul otoritarianisme Orde Baru di bawah Soeharto dan menetapkan sejumlah agenda reformasi total sebenarnya membuktikan tetap berperannya mahasiswa sebagai agen perubahan. Tetapi dimana letak kemacetannya?

Bila dicermati, keberhasilan mahasiswa membawa bangsa ke fase transisi demokrasi, yang dalam bahasa Anas Urbaningrum, sebagai pendobrakan yang paling otentik waktu, itu sebenarnya terjadi secara sporadis dan banyak dipicu oleh krisis ekonomi. Bukan didasarkan kepada hasil konsolidasi elemen-elemen gerakan mahasiswa. Memang sepanjang tahun 1990an cukup banyak pertemuan nasional mahasiswa tetapi selalu gagal menghasilkan platform gerakan yang mampu melahirkan rumusan strategi dan taktik gerakan; Mulai dari fase pendobrakan, proses pengawalan sampai kepada melestarikan perjuangannya. Masih eksisnya forum angkatan 66 adalah contohnya.

Kegagalan merumuskan visi gerakan mahasiswa sebelum 1998 karena begitu kuatnya otoritarianisme Orde Baru, melalui penerapan Normalisasi Kehidupan kampus (NKK.BKK) oleh Mendikbud Daud Jusuf sejak tahun 1987 dan meskipun diganti dengan Sistem Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), 1990, tetapi tetap bahwa segala aktivitas mahasiswa selalu dihantui oleh cengkraman otoritarianisme rezim Orde Baru dengan segala modus operandinya. Betapa tidak lembaga pembantu rektor III (kemahasiswaan) menjadi agen otoritarianisme Orba yang setiap saat melaporkan setiap aktivis gerakan politik mahasiswa dengan Kodim, Kodam dan Gubernur atau Walikota. Saya masih ingat pertemuan masional mahasiswa di Aceh tahun 1996 yang gagal karena intervensi aparat keamanan. Belum lagi mayoritas mahasiswa era Orde Baru yang kerap kali harus berhadapan dengan kelompok-kelompok kecil aktivis mahasiswa.

Meskipun era reformasi adalah kemenangan di pihak mahasiswa, namun penguasa transisi di bawah BJ Habibie tidak segera memerdekakan mahasiswa dari belenggu otoritarianisme. Mendikbud Juwono Sudarsono justru membiarkan mahasiswa mengatur dirinya sendiri dengan mengeluarkan SK 155/1998 yang menghapus SMPT dan membiarkan kepada masing-masing kampus untuk merumuskan sendiri kelembagaan mahasiswa. Kebijakan Juwono yang lepas tangan dengan runtuhnya etos mahasiswa sebagai kekuatan moral dan intelektual bangsa dan penjaga hati nurani rakyat (keep the people heart), mengingatkan penulis pada ditinggalkannya mahasiswa angkatan 1960an oleh ABRI yang telah menguasai negara dan memenjarakan mahasiswa di kampus dengan konsep depolitisasinya.Padahal puluhan temu mahasiswa sebelumnya menghasilkan ketegasan pemerintah untuk menfasilitasi untuk menyatukan friksi ideologis antar elemen mahasiswa terutama membenturkan antara elemen ekstra (HMI, PMII, GMKI, PMKRI, GMNI dll) dengan intra (SMPT, BEM). Dalam sejarah DEMA yang pernah berhasil menjadi sosok lembaga mahasiswa yang plural, ideologis dan demokratis dan dianggap sebagai miniatur demokrasi tahun 1970an.

Di banding dengan fenomena kelahiran BEM yang tanpa kejelasan visi dan kerangka ideologis. Hal ini nampak pada sebutan seperti Presiden, Gubernur dan Menteri-menteri mahasiswa yang mecerminkan euforia reformasi dan aktualitas gerakan BEM yang masih mengandalkan gerakan taktis; dari demonstrasi ke demonstrasi dan aksi-aksi berdasarkan issue-issue aktual bukan pada konsistensi visi reformasi yang dicanangkan pendahulunya. Bila dicermati semestinya, generasi BEM atau mahasiswa sekarang berada pada tahapan kedua; menjadi manager (pengawal) reformasi dan demokrasi.

Berbagai pembahasan tentang RUU Pemilu, RUU Inteligen, RUU TNI, dan berbagai produk hukum di lembaga legislatif semestinya tidak boleh terlepas sedikitpun dari kontrol dan konsepsi tandingan dari mahasiswa agar semangat UU itu berpihak pada rakyat. Realitas politik menunjukkan bahwa pembahasan dan keputusan di lembaga legislatif penuh dengan oportunisme dan kepentingan pribadi dan kekuasaan, bukan kepentingan rakyat dan masa depan bangsa. Demikian pula berbagai bentuk penyimpangan dan korupsi di lembaga pemerintahan pusat dan daerah atau lembaga-lembaga negara lainnya tidak hanya diartikulasikan dalam bentuk demonstrasi ke demonstrasi, tetapi harus diperjuangkan dengan berbagai strategi; misalnya mengungkapnya melalui penelitian, pembuktian, analisis fakta dan lainnya.

Mahasiswa sebagai unsur civil society (masyarakat sipil) yang independen dan rasional harus mencegah dan melawan penyimpangan kekuasaan (abuse of power) dengan cara-cara yang rasional, mempunyai dampak strategis dan tidak merugikan rakyat. Cukup banyak demo mahasiswa yang mengganggu aktivitas rakyat yang tengah diwakilinya. Setiap mahasiswa berdemo di HI Jakarta misalnya, maka mengakibatkan kemacetan yang lama dan masyarakat kurang respek dengan perjuangan mahasiswa.

Kondisi tersebut, menggambarkan betapa otoritarianisme negara Orde Baru betul-betul menghancurkan elan vital mahasiswa; rasionalitas, independensi, wacana intelektual dan kebersamaan dalam platform. Salah satu penyebab terjadinya krisis yang melanda mahasiswa karena otoritarianisme masih eksis dalam kehidupan kampus. Meskipun, mahasiswa selalu menawarkan revolusi pendidikan, reformasi, suksesi rektor yang demokratis dan melibatkan mahasiswa, tetapi perguruan tinggi atau universitas masih memakai sistem Orde Baru dalam pengambilan kebijakan kampus, pemilihan rektor dan pembelengguan terhadap mahasiswa. Apalagi sistem yang berlaku di banyak kampus swasta tidak ada bedanya dengan sistem monarki. Yayasan yang mengelola perguruan tinggi swasta bertindak laksana raja yang bebas mengatur dan mengangkat rektor dan dosen, dan mengabaikan aspirasi mahasiswa. Yayasan semestinya adalah lembaga publik yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi dan esensi pendidikan.

Akibatnya kampus tidak bisa berfungsi maksimal sebagai agen perubahan dan tempat lahirnya berbagai gagasan pembaharuan yang dibutuhkan jamannya. Kondisi ini membawa juga konsekuensi mandeknya peran perubahan (agent of changes) mahasiswa.

Disamping, mengusung agenda pembaharuan masyarakat dan bangsa terutama mencegah kembalinya otoritarianisme negara yang kini dipraktekkan oleh pemerintahan Megawati-Hamzah, misalnya menghadapkan aksi mahasiswa dengan masa pendukungnya yang berakibat bentrok dan luka-luka, maka mahasiswa harus mempraktekkan bagaimana model dan aktualisasi kehidupan demokratis dalam kehidupan kampus agar dapat dijadikan contoh bagi masyarakat Indonesia.

Read More......

PERANAN KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DALAM MENGHADAPI ERA OTONOMI DAERAH



Oleh :MUHAMMAD RISMAN PASIGAI


Penerapan kebijaksanaan perekonomian Indonesia sampai sekarang masih didasarkan pada model pragmatis “mix system”, yang mengutamakan mekanisme “ortodoxi” dibanding “heterodox”, seperti tercermin pada “trickling down effect” yang berasas pada prinsip “growth to equity approach”, mendahulukan sasaran pertumbuhan baru keadilan, ternyata menghasilkan krisis dalam kehidupan berbangsa.
Model pembangunan seperti ini tak cukup membuat fundamental ekonomi nasional kuat.Terbukti “tom yum effect” (sebutan untuk krisis keuangan Thailand) pada tahun 1997 mengalami “contagion effect” (dampak menular) dan sebagai mula krisis moneter kawasan, khususnya Asia Tenggara. Fundamental ekonomi nasional yang diyakini mampu menahan dampak menular krisis tersebut, ternyata turut ambruk, karena pada saat itu Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan tahun anggaran 196/1997 sekitar 3,3% produk domestic bruto (PDB). Melebihi batas aman deficit yang direkomendasikan IMF, yaitu sebesar 2% (Didik Rachbini, Suwidi Tono, dkk, 2000;83). Indikator ekonomi lainnya yang mempengaruhi krisis meneter Indonesia ialah laju inflansi dan arus modal luar negeri yang masuk diatas nilai deficit tadi.
Strategi pembangunan seharusnya dilihat sebagi krisis multi dimensi yang mencakup bukan hanya ekonomi, melainkan juga mencakup, diantarnya aspek perubahan dalam struktur sosial, politik, prilaku maupun struktur kelembagaan masyarakat. Khusus dalan perspektif ekonomi pemerintah semestinya menerapkan dan memberdayakan system ekonomi yang “pelaku-pelaku ekonominya mengambil keputusan-keputusan ekonomi berdasarkan pola pengambilan keputusan yang desentralistik dan mandiri”.
Hal tersebut diatas penting untuk dilakukan guna penangan krisis dan keluar dari krisis yang juga merupakan salah satu pilihan untuk recovery economi (pemulihan ekonomi) nasional. Beruntung bangsa Indonesia dapat dengan cepat merestrukturisasi penerapan sistem bernegaranya dalam bentuk “otonomi” daerah dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun. 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang hari ini telah dilakukan amandemen , dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Namun demikian pelaksanaan undang-undang ini terlihat setengah hati, inkonsisten, dan beberapa daerah seakan-akan merasa dirugikan, beberapa daerah masih memiliki ketergantungan yang luar biasa pada pemerintah pusat, dan hamper semuanya problem penerapan daerah adalah pada persoalan otoritasi moneter dan otoritasi fiscal. Dengan adanya undang-undang tersebut seharusnya telah terjadi desntralisasi fiscal. Namun sekali lagi pemrintah masih setengah hati untuk memberikan desentralisasi tersebut dan daerah-daerah sendiri pun terlihat manja karena tak mampu keluar dari kebiasaan system yang selama ini mereka jalankan dan sebagian diantaranya karena ketidak-mampuan daerah, baik dalam hal sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) untuk melaksanakan otonomi daerah.
Tetapi untuk desentralisasi moneter daerah belum bisa untuk mengeluarkan kebijakan moneter, dikarenakan otoritas moneter hanya ada pada Bank Indonesia dan Departemen Keuangan sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 13 Th. 1968, yaitu Bank Indonesia adalah Lembaga Negara yang bertugas melaksanakan kebijakan moneter dan keberadaannya dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Harus juga diingat dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 tahun 1999, pemerintah pusat tidak memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan kebijakan atau politik baik dalam bentuk fiscal dan moneter.
Olehnya dalam makalah ini, akan banyak dibahas tentang kebijakan fiscal dan desentralisasi fiscal dibanding dengan kebijakan moneter. Kebijakan moneter hanya dibahas secara garis besar. Sisi lainnya makalah ini pun turut mengkaji sejauh mana peranan kebijakan moneter dan kebijakan fiscal pada pelaksanaan otonomi daerah yang akan dapat dilihat pada realitas Indonesia hari ini dan berbagai implikasi yang timbul akibat otonomi daerah tersebut.

Pengertian dan Konsep
Untuk dapat lebih memahami makalah ini, maka perlu kita untuk mengetahui sedikit tentang pengertian dan konsep tentang hal-hal yang berkaitan dengan makalah, yakni kebijkan moneter, kebijakan fiscal, dan otonomi daerah itu sendiri. Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal merupakan suatu kebijakan yang mengatur persoalan keuangan negara, moneter, produksi, eksport, import, pajak, dan persoalan pembiayaan pembangunan. Kebijakan moneter adalah “sebagai politik atau kebijaksanaan pemerintah (melalui Bank Sentral) untuk mengawasi jumlah uang beredar (supply of money) dalam mendorong, memelihara dan menciptakan serta mempertahankan :
1. tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi
2. perluasan kesempatan kerja, dan
3. tingkat harga-harga yang stabil
Intrumen-instrumen kebijakan moneter meliputi :
1. Politik diskonto dan tingkat suku bunga
2. Politik pasar terbuka (open arket operation)
3. Politik cadangan minimum (reserve requirement policy)
4. Pengawasan pinjaman secara selektif (selective credit control)
5. Pembujukan moral atau moral suasin.
Kebijakan pada nomor 1, 2, dan 3 termasuk kebijakan “quantitave credit control”, sedangkan kebijakan pada point 4 dan 5 termasuk kebijakan “qualitative kredit control” (Syamsuddin Jafar Drs. Ek, 1993;1).
Sedangkan kebijakan fiscal ialah kebijakan pemerintah yang dalam hal ini Departemen Keuangan untuk membuat dan melaksanakan deregulasi untuk menarik pendapatan negara dan mengefisenkan pembiayaan penyelenggaraan negara. Pendapat Negara tentunya dari produksi dalam negeri dan pajak sementara pengeluaran adalah belanja rutin negara, biaya import, pembiayaan proyek-proyek pembangunan dan sebagainya.
Sementara otonomi daerah adalah pendelegasian kewenangan penyelenggaran pemerintahan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten. Otonomi daerah merupakan suatu system desentralisasi kebijakan pemerintah yang selama ini dilakukan oleh pemerintah pusat kini dapat dilakukan oleh pemerintah daerah.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan daerah menjadi semakin luas untuk mengatur seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, dan fiscal, agama, serta kewenangan dalam bidang lain. Menjadi catatan yang akan menjadi persoalan bagi pelaksanaan undang-undang ini adalah pada implikasi penerapannya yang sangat mungkin akan bertentangan dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiscal dari pemerintah pusat serta kebijakan lainnya yang mungkin terjadi ketidak-sesuaian antara keinginan pemerintah pusat dan pemrintah daerah. Daam hal ini butuh kearifan dari masing-masingnya agar rakyat tidak lagi menjadi korban.

Realitas Indonesia Hari ini, Evaluasi Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal dalam Hubungannya dengan Otonomi Daerah
Sebagai gambaran besar, keadaan yang kita hadapi pada dasarnya adalah Indonesia belum sepenuhnya keluar dari krisis. Meskipun beberapa sector kegiatan ekonomi mulai tampak bergerak maju, namun belum sepenuhnya pulih pada kondisi semuyla. Bersamaan dengan itu globalisasi sudah menerpa Indonesia dari segal sisi, khususnya, ekonomi dan politik. Belum tuntasnya penerapan dan penetaan daerah lewat otonomi daerah membuat beban kita semakin berat. Tiga sector utama, yaitu pemerintah, bisnis, dan nir-laba belum mempunyai kecukupan kompetensi mengahadapi tantangan ini.
Sebagai akibatnya banyak sector produksi yang collaps karena ketidakmampuan mereka secara financial menghadapi hal tersebut. Arus masuk modal luar negeri lewat lembaga-lembaga donor ataupun bank dunia malah menambah beban pada proses kelanjutannya karena fluktuasi atau instabilnya kurs rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dollar USA. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan Republik Indonesia sebagi otoritas moneter dan otoritas fiscal masih tarsus mencari formula terbaik untuk menstabilkan nilai rupiah.
Belum lagi hutang jatuh tempo pada produksi swasta membuat neraca pembayaran internasional membengkak. Hutang tersebut harus ditalangi negara, karena akan semakin menambah krisis bila hal itu tidak dilakukan. Krisis yang dimaksud adalah semakin besarnya tingkat pengangguran ang dapat menimbulkan patologi sosial apabila dibiarkan. Sector nir-laba yang diwakili oleh lembaga non-pemerintah pun belu memahami peran barunya sebagi sebuah lembaga yang menghidupkan keberdayaan masyarakat, bahkan mencari dan mencuri kesempatan untuk mengambil untuk dalam setiap persoalan yang dialami oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Pada kondisi yang demikian, maka sector usaha yang mampu bertahan dan masih memberikan pendapatan pada Negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN merupakan satu-satunya pelaku ekonomi yang tersisa, selain sector usaha kecil.
Kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonenesia dengan melakukan kebijakan uang ketat (thigt money rate) dan penerapan nilai tukar mengambang (floating exchange rate) , tidak dapat membendung spekulasi terhadap rupiah dan tidak dapat mengerem kepanikan masyarakat untuk melepas rupiah sebagai upaya untuk mengamankan kekayaan. Keadaan demikian menunjukkan rupiah tidak lagi dipercaya oleh masyarakat luas, dunia usaha, dan mitra usaha luar negeri, sehingga nilainya berfluktuasi tidak pasti. Bank run pun terjadi dan pelarian arus modal keluar tak dapat dihindari. Akhirnya sector moneter bersama-sama sector ekonomi yang lainnya rusak berat, karena sector produktif riil, beragam perusahaan, dan institusi perbankan sendiri gagal melaksanakan fungsinya.
Pada sisi fiscal, penarikan pajak menjadi beban yang harus ditanggung oleh rakyat akibat gempa moneter tersebut. Pajak seakan-akan menjadi pilihan terakhir dari berbagai alternatif yang ada untuk membiayai Negara dan sejumlah hutang luar negeri yang harus dibayarnya. Akibatnya konsumsi domestic menurun drastis dan laju inflansi semakin tak terkendali. Dalam hal ini pemerintah seakan ragu-ragu dan bingung bagaimana menghadapi krisis moneter.
Dari fenomena ini, kemudian pemerintah lewat Bank Indonesia dan Depertemen Keuangan mengelaurkan kebijakan ekonomi pada tiga masalah utama, yaitru :
1. meredam laju inflansi sekaligus dan sekaligus tercapainya nilai tukar pada tongkat ang wajar
2. memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap sekaligus merestrukturisasi bank yang tak sehat.
3. menanggulangi dampak negative krisis terhadap golongan ekonomi lemah.
Namun demikian rakyat tetap menjadi korban untuk setiap biaya kerusakan dari kegagalan mengantisipasi gempa moneter yang luar biasa, hampir terasa diseluruh dunia.
Lantas, apa hubungannya kebijakan moneter dan fiscal yang dilakukan pemerintah untuk penanganan krisis pada pekasanaan otonomi daerah. Sesungguhnya krisis moneter inilah yang sangat mempengaruhi penerapan UU No. 22 Th 1999 dan UU No. 25 Th. 1999. Secara psikologi dan ekonomi daerah mengalami kesulitan untuk pembiayaan daerahnya. Tak lain karena derah, belum mapan dalam hal pembiayaan pembangunan daerahnya dan manajemen pemerintahan daerah yang baru. Pemerintah di daerah mengalami keterkejutan sehingga gagap untuk melaksanakan undang-undang ini.
Sebagaimana yang kita tahu dalam UU No. 25 Th. 1999 tentang Pereimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pada pasal 3, yaitu sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain Penerimaan yang Sah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak dan retribusi daerah. Undang-undang ini mendapat energi dengan dikeluarkannya UU No. 24 Tahun 2000 tentang undang-undang pajak dan retribusi daerah. Hanya dalam tempo ynag relative singkat, pelaksanaan undang-undang ini telah meningkatkan pendapatan asli daerah. Namun sangat disayangkan, karena pemerintah daerah seakan-akan mengandalkan sector ini sebagai upaya untuk membiayai pembangunan daerahnya. Keadaan demikian membuat rakyat semakin dijerat oleh krisis. Krisis moneter saja cukup membuat rakyat teriak kelaparan, terlebih lagi dengan pungutan pajak yang luar biasa yang membuat mereka semakin kurang untuk mengkonsumsi.
Benar pajak berhasil menaikkan pendapatan asli daerah, tetapi sisi lainnya adalah produk domestic bruto menjadi menurun karena ketidak-mampuan rakyat untuk membeli beberapa hasil produksi dalam negeri. Sektor riil menjadi tak produktif dikarenakan cost produksi yang tidak tertutupi dari penjualan mereka, sementara produksi, biaya upah karyawan, dan biaya lainnya terus berjalan memakan habis modal. Tak heran jika sekiranya banyak sector riil yang terpaksa harus tutup atau menyatakan dirinya bangkrut akibat kurangnya penjualan dan habisnya modal pembiayaan pembiayaan produksi mereka.
Pada Dana Perimbangan, antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah sering kita dapati keributan pada seberapa besar daerah mendapat Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Ada sebagian daerah yang merasa diper;lakukan tidak adil dan sebaginya. Semestinya hyang harus disadari adalah Indonesia adalah Negara Kesatuan yang secara geographis adalah kepulauan dan adanya perbedaan pada kekayaan alam masing-masing daerahnya, sehingga kebijakan yang muncul adalah adanya subsidi dari pemerintah pusat kepada daerah yang belum mampu mandiri untuk membiayai pembangunannya.
Tentunya subsidi ini pun berasal dari daerah-daerah yang kaya yang pembagiannya ditentukan dengan dana perimbangan. Seandainya ini dipahami oleh daerah, maka yang terjadi adalah gotong royong pembangunan lintas daerah. Tetapi sayang dana subsidi ini pun terkadang disalah gunakan dapat dilihat dari lambatnya keluar DAU dan DAK yang harus diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.Ada gambaran dana tersebut digunakan terlebih dahulu oleh Pemerintah Pusat atau oknum untuk pembiayaan Negara atau pribadi oknum tersebut. Seharusnya ini tidak terjadi jika UU No. 28 Th. 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dapat seiring dengan pelaksnaan UU No. 22 Th 1999 dan UU No. 25 Th. 1999.
Kemudian untuk dana pinjaman daerah adalah pinjaman dana yang dilakukan oleh pemerintah daerah ke pusat dan hasil usaha daerah adalah sesuatu yang menjadi wewenang daerah untuk melakukannya jika dibutuhkan guna menunjang peningkatan pendapatan daerah.
Dari deskripsi diatas tergambar bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah pusat memberi implikasi yang luar biasa pada proses penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunannya. Dalam hal ini rakyat didaerah semakin mengalami kondisi tidak menentu terhadap krisis dan semakin parah karena kebijakan fiscal daerah dalam penarikan pajak menjadi sesuatu yang sangat memberatkan, dikarenakan rakyat hari ini tak mempunyai kemampuan untuk berproduksi. Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal tidak memberikan stimulant rakyat untuk berproduksi. Tetapi hal itu hanya dirasakan oleh sekelompok orang yang dalam hal ini pengusaha yang mempunyai kemampuan ekonomi yang justeru hutangnya harus dibayar oleh rakyat.

Renungan Baru untuk Desentralisasi
Fenomena penerapan otonomi daerah ini diatas adalah sangat mengkhawatirkan. Semangat otonomi daerah sebagai bagian dari tuntutan reformasi ternyata menimbulkan begitu banyak persoalan yang praktis berlangsung tanpa garis yang jelas tentang apa langkah strategis yang akan ditempuh. Pelaksanaan undang-undang otonomi daerah sama sekali tidak membantu mengurangi gejolak dan bahkan sikap tegas menetang pemerintah pusat yang ditunjukkan oleh aktivitas didaerah yang sungguh menimbulkan pertanyaan sederhana. Apakah center didalam tatanan Negara masih berfungsi. Keadaan demikian digambarkan menarik oleh Dr. Syahrir, Ketua Perhimpunan Indonesia Baru (sekarang Partai Indonesia Baru) adalah sebagai seorang anak yang kenakalannya terus meningkat, karena dia tidak mendapatkan reaksi apa pun dari si orang tua. Tetapi daerah dalam hal ini tidak dikatakannya sebagai anak atau pun sebagai orang tua, karena inti persoalannya adalah ground rules.
Sesungguhnya desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan bernegara, yaitu terutama memberikan pelayanan public yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan public yang lebih demokratis. Dengan desentralisasi akan diwujudkan dalam pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintahan untk melakukan pembelanjaan, memungut pajak, terbentuknya Dewan yang dipilih oleh rakyat, Kepala daerah yang dipilih oleh rakyat, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari pemrintah Pusat.
Dorongan desntralisasi yang terjadi diberbagai Negara berkembang mesti mnejadi cermin. Dorongan desentralisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor, misalnya latar belakang atau pengalaman suatu negar, peranannya dalam globalisasi dunia, kemunduran dalam pembangunan ekonomi, tuntutan perubahan tingkat pelayanan masyarakat, tanda-tanda adanya disintegrasi dibeberapa Negara, dan banyaknya kegagalan yang dialami pemerintah sentralistis dalam memberikan pelayanan masyarakat yang efektif.
Desntralisasi tidaklah mudah untuk didefinisikan, karena menyangkut berbagai bentuk dan dimensi yang beragam, terutama menyangkut aspek fiscal, politik, perubahan administrasi dan system pemerintahan dan system pembangunan sosial dan ekonomi. Tetapi secara umum, konsep desentralisasi meliputi desentralisasi politik, desentralisasi administrasi, desentralisasi fdan desentralisasi ekonomi. Desentralisasi moneter tidak bisa didesntralisasikan karena menyangkut secara keseluruhan keuangan Negara yang berhubungan antar Negara sehingga yang memliki kewenagan moneter adalah pemrintah pusat yang dalam hal ini Bank Indonesia.
Kebijakan fiscal adalah sesuatu harus didesentralisasikan, karena ia merupakan komponen utama dari desentralisasi dan termuat dalam pasal 18 UUD 1945. Apabila pemerintah daerah melakukan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan disektor public, maka harus didukung oleh sumber-sumber keuanganyang memadai baik berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak dengan pemerintah pusat, pinjaman, maupun subsidi dari pemerintah pusat. Sebagai renungan untuk kita semua adalah amanah pada ayat 1 point terakhir dari pasal 18 UUD 1945 dikatakan bahwa “hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dilaksanakan secara adil dan selaras berdasrkan undang-undang.

Sebagai akhir dari tulisan ini adalah kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah belum mengangkat Indonesia keluar dari krisis moneter. Tetapi justeru menimbulkan produksi dan konsumsi rakyat menjadi menurun akibat penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak menggunakan criteria sebagaimana yang diberikan dalam UU No. 34 tahun 2000. Kompetensi Pemerintah daerah untuk memanfaatkan kebijakan moneter dan kebijakn fiscal pemetintah pusat kurang mampu diterjemahkan karena pemerintah daerah poor management. Pemerintah daerah menjadi manja dan terus berharap pada dana perimbangan, pinjaman, dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sebagai suatu saran pemerintah pusat harus konsisten melaksnakan undang-undang otonomi daerah dan tegas dalam pelaksanaan undang- undang penyelenggraan Negara yang bersih dan bebas KKN. Pelaksanaannya harus seiring, karena Undang-undang No. 28 Th 1999 merupakan pengawal Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 TAhun 1999. Dan sebuah harapan besar dari kita semua bahwa dalam pemerintahan SBY – KALLA mampu untuk lebih jauh melakukan pembenahan secara mendasar terhadap fundamental ekonomi nasional dengan realitas hari ini yang masih sangat jauh dari harapan masyarakat indonesi dengan melakukan evaluasi kritis terhadap kebijakan – kebijakan di bidang ekonomi ( Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana program Ilmu Politik konsentrasi Ekonomi Politik Universitas Nasional Jakarta & Fungsionaris PB HMI periode 2003 - 2005)

Read More......